Thursday, June 23, 2011

Kediaman Lebah Sebagai Antibiotik dan Antikanker


   SELAMA ini kita telah mengenal madu dan royal jelly sebagai
produk yang dihasilkan serangga lebah. Padahal masih ada
produk-produk lain yang dihasilkan lebah selain madu dan royal
jelly, yang juga banyak manfaatnya bagi manusia. Salah satunya
adalah propolis.

Propolis adalah sejenis resin yang karena bentuknya lengket
seperti lem, disebut sebagai bee glue. propolis sebenarnya
dihasilkan lebah dengan cara mengumpulkan resin-resin dari
berbagai macam tumbuhan, kemudian resin ini bercampur
dengan saliva dan berbagai enzim yang ada pada lebah sehingga
menjadi resin yang berbeda dengan resin asalnya.
Karena sumbernya bermacam-macam, maka warna, komposisi,
dan khasiat propolis bisa bervariasi. propolis bisa berwarna
kuning sampai coklat tua, bahkan ada yang transparan.

Komposisi kimia propolis terdiri dari flavonoid yang meliputi
hampir 50 % dari komposisi propolis, asam kafeat, asam ferulat,
dan mineral dalam jumlah kecil.
Penggunaan propolis sebagai obat sebenarnya sudah dilakukan
sejak abad ke 12. orang-orang Yunani dan Romawi telah
menggunakan propolis untuk mengobati bengkak. Orang mesir
selain menggunakan propolis sebagai obat, juga memakainya
sebagai perekat pada pembuatan kano. Bagi lebah sendiri
propolis berfungsi melindungi seluruh sarang dan tempat lebah
ratu menyimpan telurnya dari hama yang menyebabkan
kebusukan telur-telurnya yaitu Bacillus larvae.

Hal inilah yang mendasari digunakannya propolis sebagai
antibiotik. Kemudian dilakukan berbagai penelitian mengenai
efek antibiotik propolis terhadap berbagai mikroba. Hasil
penelitian yang dimulai Karimova sejak tahun 1975 terhadap
Bacillus de koch dan kemudian diikuti peneliti-peneliti lain
menunjukkan, propolis memiliki efek bakterisidal terhadap
Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Streptococcus,
Streptomyces, Streptomyces sobrinus, Saccharomyces
cerevisiae, Escherichia coli, Salmonella dan Shigella, Giardia
lambia, Bacteroides nodocuc, Klebsiella pneumoniae, selain itu
juga efektif sebagai fungisida pada Candida albicans, Aspergillus
niger, Botrytis cinerea dan Ascosphaera apis.

Uniknya hasil penelitian menunjukkan, propolis lebih efektif bila
diuji efeknya secara in vivo daripada in vitro. Hal ini disebabkan
karena propolis bisa berfungsi sebagai imunostimulan, yang
merangsang fungsi berbagai organ dan menginduksi system
pertahanan tubuh menjadi lebih kebal terhadap kuman penyakit.
Kelebihan propolis dibanding antibiotik lainnya adalah efek
sampingnya yang kecil. Satu-satunya efek samping yang terjadi
dan itu pun jarang yaitu timbulnya reaksi alergi bila digunakan
secara lokal. Sedangkan bila diberikan peroral tidak ada efek
samping yang terjadi. Kelebihan lain yaitu tidak menimbulkan
resistensi. Antibiotik seperti penisilin dapat menimbulkan
resistensi karena bakteri bisa memperbaharui diri menjadi lebih
kebal terhadap penisilin. Tetapi bakteri ataupun virus tidak bisa
menjadi kebal terhadap propolis.

Selain itu, propolis sebagai antibiotik memiliki selektifitas yang
tinggi. Propolis hanya membunuh kuman penyebab penyakit saja
sedangkan mikroba yang berguna seperti flora usus tidak
terganggu oleh propolis. Zat aktif yang diketahui bersifat
antibiotik pada propolis adalah asam ferulat. Zat ini efektif
terhadap bakteri gram positif dan negatif. Asam ferulat juga
bersifat agglutinating (berperan dalam pembekuan darah),
sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengobati luka dan diberikan
dalam bentuk salep.

”Propolis” sebagai antikanker
Berdasarkan penelititan yang dilakukan S. Scheller, dkk yang
menguji efektifitas antikanker dari ekstrak etanol propolis (EEP)
pada mencit yang diinduksi dengan ehrlich carcinoma cells
menunjukkan, mencit yang bisa bertahan hidup lebih banyak
setelah diberi EEP. Efek antikanker EEP terhadap Ehrlich
Carcinoma cells ini berkaitan dengan kandungan flavonoid pada
propolis.

Flavonoid mempengaruhi tahapan metabolisme sel kanker
misalnya dengan cara menghambat penggabungan timidin,
uridin, dan leucin dengan sel kanker tersebut sehingga dapat
menghambat sintesis DNA sel kanker. Peranan flavonoid sebagai
antikanker juga diperkuat oleh eksperimen lain yang
menggunakan hidrokarbon aromatic polisiklik sebagai
penginduksi kanker.

Mekanisme penghambatan terhadap hidrokarbon aromatic
polisiklik berkaitan dengan penghambatan stimulasi metabolik
yang diinduksi oleh hidrokarbon aromatic polisiklik dan
memengaruhi aktivitas beberapa sel promoter. Flavonoid ini
merupakan sua tu zat yang banyak terdapat pada tumbuhan,
tetapi dalam propolis berada dalam bentuk terkonsentrasi.
Dengan sistem metabolismenya, lebah membuat flavonoid dari
tumbuhan itu lebih efektif. Jadi lebah seolah-olah menjadi
perantara flavonoid dengan manusia dan hewan. Senyawa
flavonoid yang ditemukan pada EEP antara lain betulinol,
quersetin, isovanilin, galangin, isalpinin, kaemferol, rhamnetin,
isohmnetin, pinocembrin, pinostrobin dan pinobaksin.

Saat ini propolis tersedia dalam bentuk tablet, salep, kapsul,
krim, dll. Penggunaan propolis bisa pada orang sehat maupun
sakit. Pada orang sehat penggunaan propolis dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Sedangkan
pada orang yang sedang sakit penggunaannya bila digabungkan
dengan obat sintesis bisa meningkatkan efeknya misalnya bisa
meningkatkan efek penisilin. (Sumber : Jacobs Caal,
Natural Product from Bee, 1991 dan sumber lain)***
Oleh: Wiwin Winingsih, SSi., Apt., Dosen Farmasi
Universitas Garut. Mahasiswa Program Pascasarjana
Departemen Farmasi ITB.

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0904/16/cakrawala/lainnya6.htm
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/natural/patientpropolis.
html

No comments:

Post a Comment

coment2 donk gan biar lebih seru and satu lagi biasanya orang pelit tidak pernah ngasih coment :)

yang banyak di kunjungi